Kaki Tersayat di Muka Ka’bah

Tanah suci sebagai tempat mulia dan arena pembersihan jiwa bagi siapa saja yang menunaikan ibadah memang sudah masyhur adanya. Banyak kisah para jamaah haji yang mendapati pengalaman spiritual yang begitu membekas di hati mereka. Pengalaman itu jugalah yang menimpa seorang anggota polisi aktif. Sebut saja ia Heru, yang mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji sekitar 12 tahun lalu.

Heru adalah polisi yang rutin berpatroli di jalan raya ibukota. Sebagai petugas Polantas [polisi lalu lintas], ia kerap menilang dan menertibkan pengendara kendaraan bermotor yang melanggar peraturan. Rutinitas itu ia jalani setiap harinya dengan semangat. Yang unik dari Heru adalah ia ternyata memiliki cita-cita naik haji. Dan hal ini tak hanya niat belaka, tapi sekuat tenaga berusaha diwujudkannya. Sekalipun bergaji standar PNS, ia selalu mewajibkan dirinya untuk menabung setiap bulannya. Tabungan itulah yang ia harapkan kelak akan dapat menyukupi biaya naik hajinya.

Saat kakinya tersayat tanpa tahu apa penyebabnya, laki-laki itu terduduk pasrah. Matanya menerawang, merenungi perbuatan-perbuatannya terdahulu.
Seperti falsafah yang berbunyi “dikit-dikit nanti jadi bukit”, uang Heru akhirnya menyukupi untuk biaya naik haji. Uang yang memang ia simpan dalam bentuk tabungan haji itu membuatnya terdaftar sebagai salah satu jamaah haji Indonesia yang akan terbang ke Arab Saudi bersama ratusan ribu jamaah haji lainnya.

Saat kepastian berangkat diterima Heru, terlihat sekali ia sangat gembira. Walau uang tabungannya hanya cukup buat membiayai dirinya seorang ke tanah suci, tanpa istrinya. Tapi Heru terlihat cukup bersyukur, apalagi saat itu banya temannya sesama polisi yang masih jarang menunaikan ibadah haji. Karena itulah kesempatan emas itu membuatnya sangat gembira.

Maka sebagaimana biasa, Heru menggelar walimatussafar di rumahnya dengan mengundang ustadz dan para tetangga. Para tetangga tampak senang karena ada salah seorang warga di lingkungan mereka yang naik haji. Terlebih ia adalah Heru yang cukup dikenal oleh mereka.

Demikianlah. Heru berangkat dengan keyakinan penuh. Semua kelengkapan haji dan manasik sebagian besar sudah ia kuasai. Warga pun melepasnya dengan doa. Saat di tanah suci itulah Heru mengalami pengalaman spiritual yang membekas di dalam di hatinya. Kisah itu, ia ceritakan kepada seorang ustadz muda di lingkungannya. Ustadz muda itulah yang kemudian mengisahkan kembali kisahnya kepada Hidayah agar diambil pelajaran. Berikut penuturannya.

Selalu Kehilangan Sandal

Kejadian unik pertama yang merepotkan Heru adalah saat ia kehilangan sandal, baik saat di Mekkah maupun Madinah. Ada-ada saja tempat ia kehilangan sandal. Dari penginapan, masjid, WC umum dan banyak lagi yang lainnya.

“Menurut pengakuan Heru kepada saya, ia kehilangan sandal lebih kurang 30 kali selama menunaikan ibadah haji. Karena itu pula ia sampai bolak-balik ke toko sandal untuk mengganti sandalnya yang hilang itu,” ujar Ustadz Rusli, narasumber Hidayah.

Kejadian sandal hilang berulang-ulang ini sebenarnya membuat Heru menjadi waspada dan lebih berhati-hati. Tak seperti perkiraannya, sekalipun di tanah suci, masih saja ada orang yang iseng mencuri sandal. Sekali dua kehilangan ia menjadi hati-hati dengan selalu meletakkan sandalnya di tempat yang menurutnya aman. Tapi ternyata tetap saja hilang.

Heru tentu saja tak habis pikir dibuatnya. Padahal, ia lihat teman-temannya yang lain tak mengalami peristiwa sepertinya. Kalau satu-dua kali kehilangan sandal barangkali itu wajar saja, karena dalam jamaah yang begitu banyak sangatlah terbuka kemungkinan sandal saling tertukar dan sebagainya. Tapi kalau sampai 30 kali, tentulah ada yang tak beres.

Kejadian itu membuat Heru merenung; apa sebenarnya yang ingin diisyaratkan Allah swt kepadanya dengan kejadian itu? Apakah ada yang salah dengan langkah dan niatnya dalam menunaikan ibadah haji ini? Heru hanya bisa bertanya-tanya tanpa tahu jawabannya. Ia juga tak habis pikir kenapa mesti sandal dan bukan barangnya yang lain, atau uangnya yang hilang?   

Kaki Tersayat 

Di sela-sela kejadian itu Heru tetap teguh menunaikan rukun haji. Tak hanya mengerjakan yang wajib, ia juga menunaikan ibadah sunnah yang sering dilakukan jamaah di sana, seperti shalat dan thawaf di Ka’bah.

Suatu ketika, Heru menunaikah thawaf. Ia mengumandangkan kalimat talbiyah bersama jutaan jamaah lain dari penjuru dunia. “Labbaik allahuma labbaik,’ aku datang memenuhi seruan-Mu, ya Allah, aku datang…”

Lantai Masjidil Haram tampak sejuk di kaki Heru. Ya, lantai itu sudah diinjak oleh berpuluh bahkan beratus juta jamaah haji sejak dahulu kala. Lantai itu merekam kesolehan dan niat baik manusia yang ingin dekat dengan Tuhannya. Heru kini menjejak lantai masjid suci itu mengelilingi satu bangunan suci yang menjadi pemersatu umat Islam dunia dari segala zaman, yakni Ka’bah.

Sedang asyik dan khusyuk melangkahkan kaki mengelilingi Ka’bah, tiba-tiba Heru merasakan nyeri luar biasa di kakinya. Ia berteriak tertahan. Rasa sakit itu seperti menyengat dan membuatnya langsung terpincang-pincang dan tak mampu lagi berdiri dengan benar. Heru begitu terkejut karena merasakan ada cairan lengket dari telapak kakinya. Rupanya kakinya sudah berlumuran darah yang mengalir dan membasahi lantai Masjidil Haram di dekat Ka’bah.

Kakinya yang semula sehat dan baik-baik saja itu rupanya kini sudah terluka dengan luka sayatan. Bentuknnya memanjang seperti membelah telapak kakinya menjadi dua. Luka sayatan itu mirip dengan luka sayatan pisau yang tajam. Heru terduduk pucat, tak mengerti apa yang menimpanya itu. Sungguh tak mungkin ada pisau atau silet tergeletak di lantai masjid yang kemudian ia injak hingga membuat kakinya tersayat demikian rupa. Juga tak ada batu kerikil tajam atau pecahan kaca yang menancap di kakinya. Lagipula sungguh tak mungkin benda-benda itu ada di lantai masjid yang selalu dijaga dan dirawat dengan sangat baik itu.

Dengan nanar, Heru menatap lelehan darahnya di lantai. Ia beringsut lemas tak mengerti kenapa itu semua terjadi. Orang-orang yang ada di sekitarnya juga seperti tak terlalu memperhatikannya, mereka tetap berjalan memutar menunaikan thawaf.

Heru menarik dalam-dalam nafasnya. Dalam kebingungan dan kepanikannya, ia berujar pelan menyebut nama Allah. “Saya pasrah, ya Allah, saya pasrah atas apa yang Engkau timpakan padaku, aku berserah diri kepada-Mu,” ujar Heru lirih sambil menahan sakit.

Saat itulah, tiba-tiba, ada seorang kakek yang menghampirinya. Kakek itu memperhatikan luka Heru yang kini sudah terduduk lemas. Sesaat kemudian, kakek itu menyerahkan sebuah botol air kepadanya.

“Ini air zam-zam. Usaplah luka di kakimu ini dengan air ini, insya Allah, Allah akan memberi kesembuhan,” ujar kakek itu pelan.

Heru kemudian menerima botol tersebut. Dengan air yang ada di dalamnya Heru mengusap luka di telapak kakinya. Rasa sejuk hadir saat air tersebut menyentuh lukanya. Heru kemudian kembali membasuh luka tersebut sambil mengurut-urut telapak kakinya itu. Perlahan rasa sakitnya mereda, bahkan sesaat kemudian luka sayatan itu seperti merapat dan darah tak lagi mengalir dari luka itu. Sejurus kemudian, kaki Heru seperti sembuh total. Dan darah yang tadi berceceran di lantai tak tampak lagi seperti hilang entah ke mana.

Dengan luapan gembira, Heru mengucap tahmid berulang kali. Sungguh kejadian itu seperti merasuk dalam dirinya. Ia tak mengerti, tapi nyata dan menyentuh kalbunya untuk lebih dekat menyebut nama Allah. Saat itulah Heru tersadar akan kakek yang tadi menolongnya dan menyerahkan botol air zam-zam untuk mengobati lukanya. Tapi kakek itu ternyata sudah tak ada lagi di hadapannya.

Pernah Menginjak-injak Orang 

“Kisah itulah yang diceritakan Heru kepada saya sambil bercucuran air mata sepulang ia menunaikan ibadah haji,” ujar Rusli kepada Hidayah.

Menurut Rusli, sampai saat Heru kembali ke tanah air ia masih tak mengerti akan kejadian yang menimpanya itu. Yang dirasakan Heru adalah bahwa Allah tengah memperingatinya untuk bertaubat.

“Tapi Heru mengakui pernah satu kali menginjak-injak seorang pengendara sepeda motor yang melanggar lampu merah saat bertugas. Pengendara itu ternyata tak terima dan malah marah-marah, membuat Heru naik pitam dan menendang berkali-kali pengendara yang nampaknya adalah preman itu,” ujar Rusli.

Kejadian itulah yang dirasa Heru terkait dengan kejadian saat ia thawaf tersebut. Heru kemudian berikrar untuk bertaubat dan tak mau lagi mengulanginya di lain waktu. Memang, menzhalimi orang merupakan perkara besar karena sulit mendapat ampunan Allah, tanpa kita terlebih dahulu memohonkan maaf kepada yang bersangkutan.

Demikianlah. Pengalama Heru itu menjadi guru berharga dalam kehidupannya sekarang. Ia yang sebelumnya tampak temperamental, kini tampak lebih tenang dan tak suka marah-marah lagi. Ia juga makin rajin menunaikan ibadah dan terlibat dalam kegiatan keagamaan di lingkungannya. Semoga kita bisa mendapat hikmah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Kisah Sedekah Yang Salah Alamat

Suatu ketika, Rasulullah Saw seperti yang kerap beliau lakukan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi, Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau berkata kepada mereka,

“Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, malam ini aku akan bersedekah! Dan benar, malam itu juga dia memberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai.

“Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang demikian, pria itu bergumam, Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!”

“Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu.”

“Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergumam, Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!”

Maka, dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahuinya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang bersedekah itu.

Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, “Ya Allah! Segala puji ha¬nya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!”

Pria itu kemudian didatangi (Malaikat utusan Allah) yang berkata, “Sedekahmu telah diterima Allah. Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima sedekah itu.”

(Diceritakan kembali dari sebuah hadits yang dituturkan oleh Muslim dan Abu Hurairah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi ‘Usmani)

Infaq/Shodaqoh

Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda :

"Tidak ada satu Subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah, kecuali turun kepada mereka dua Malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa : "Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq/bershodaqoh", sedangkan yang satu lagi berdoa : "Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)." (HR. Bukhari 5/270)

Lihat catatan keuangan Anda atau keuangan perusahaan Anda di akhir tahun 2012!

Apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan? Jika Ya, berarti Anda termasuk orang yang pailit.

Apakah pengeluaran dan pemasukan seimbang? Jika Ya, berarti Anda termasuk orang yang rugi.

Apakah pemasukan lebih besar dari pengeluaran? Jika Ya, berarti Anda termasuk orang yang beruntung.

Hari ini mesti lebih baik dari dari kemarin dan hari esok meski lebih baik dari hari ini.

Perbanyak infaq/shodaqoh Anda jika Anda mengalami kerugian, jangan berhenti berinfaq/bershodaqoh ketika Anda meraih keuntungan yang banyak. Justru semakin banyak untung, akan semakin keranjingan berinfaq. Raih keuntungan yang berlipat-lipat di tahun 2013 dengan gemar berinfaq/bershodaqoh setiap hari.

Ayo salurkan sebagian rezeki Anda kepada orang-orang yang ada di sekitar Anda, atau juga bisa melalui program infak/shodaqoh yang kami tawarkan demi tegaknya syiar Islam.

"Harta tidak akan pernah bisa mempertahankan kehidupan di muka bumi. Sehebat apapun usaha manusia untuk memperpanjang hidupnya, kematian pasti akan tiba pada saat yang telah ditentukan. Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi."

Salurkan sebagian rezeki Anda melalui salah satu nomor rekening berikut :

- Bank BRI No Rek. 0909 01 031189 53 8 a/n Sendy

Bila sudah ditransfer silakan konfirmasi via SMS ke nomor HP 088809102360.

Caranya ketik : infaq/shodaqoh_tanggal_nama_asal_bank_jumlah

Contoh : infaq/shodaqoh 01012011 Hamba Allah di Surabaya BNI Syariah Rp. 100.000,-

Terima kasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan yang telah berbagi terutama buat mereka yang belum melakukan konfirmasinya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan menjadi amalan yang akan memperberat amal kebaikan di yaumil akhir.

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan.

1. Agenda Pada Sepertiga Malam Akhir

a. Menunaikan shalat Tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat Witir,
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga adzan Subuh.

Rasulullah Saw bersabda :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah Swt selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata : “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan adzan untuk shalat Subuh,

الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah Fajar di rumah dua rakaat,

Rasulullah Saw bersabda :

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah Fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi Saw pada dua rakaat sunnah Fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad.”

c. Menunaikan shalat Subuh berjamaah di masjid, khususnya bagi laki-laki,

Rasulullah Saw bersabda :

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Alquran hingga waktu iqamat shalat,

Rasulullah Saw bersabda :

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak.” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki/mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi.

Dalam hadits Nabi disebutkan :

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

”Nabi Saw jika selesai shalat Fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan.” (HR. Muslim)

Agenda prioritas :

Membaca Alquran

Allah Swt berfirman :

“Sesungguhnya waktu Fajar itu disaksikan (Malaikat). (QS. Al-Isra: 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu :

- Membaca ½ hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 1 kali,
- Membaca 1 hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 2 kali,
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan Shalat Dhuha Walau Hanya Dua Rakaat

Rasulullah Saw bersabda :

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat Kerja atau Belajar Dengan Berharap Karena Allah

Rasulullah Saw bersabda :

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lainnya Nabi juga bersabda :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Menyibukkan diri dengan berdzikir sepanjang hari

Allah Swt berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah, maka hati akan menjadi tenang.” (QS. Ra’ad : 28)

Rasulullah Saw bersabda :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah.” (Thabrani dan Ibnu Hibban)

5. Agenda Saat Shalat Dzuhur

a. Menjawab adzan untuk shalat Dzuhur, lalu menunaikan shalat Dzuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki,

b. Menunaikan sunnah Rawatib sebelum Dzuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Dzuhur.

Rasulullah Ssaw bersabda :

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari, maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga.” (HR. Muslim)

6. Agenda Saat dan Ssetelah Shalat Ashar

a. Menjawab adzan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid,

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada),

Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain, kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna.” (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah.

Rasulullah Saw bersabda :

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya.”

Agenda prioritas :

Membaca Alquran dan berkomitmen semampunya untuk :
- Membaca ½ hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 1 kali,
- Membaca 1 hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 2 kali,
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda Sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Alquran,
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media,
c. Menyibukkan diri dengan doa.

Rasulullah Saw bersabda :

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah.”

8. Agenda Setelah Terbenam Matahari

a. Menjawab adzan untuk shalat Maghrib,
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki),
c. Menunaikan shalat sunnah Rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat,
d. Membaca dzikir sore,
e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid,

Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

9. Agenda Pada Waktu Shalat Isya

a. Menjawab adzan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid,
b. Menunaikan shalat sunnah Rawatib setelah Isya – 2 rakaat,
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturrahim,
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid,
e. Dakwah melalui media atau lainnya,
f. Melakukan mudzakarah,
g. Menghafal Alquran,

Agenda prioritas :

Membaca Alquran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk :
- Membaca ½ hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 1 kali,
- Membaca 1 hizb dari Alquran untuk mendapatkan khatam Alquran sebanyak 2 kali,
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Wallahu a’lam.